09 Januari 2009

gelandangan

Gelandangan, tegar duduk di tepi jalan, memandangi cakrawala bebas yang terbentang di hadapannya. Bukankah ia satu-satunya tuan di seluruh daratan, perairan dan semua langit?
(cuplikan catatan Isabella Eberhart saat ia berkelana)


Jauh sebelum alun-alun Malang ditertibkan, aku melihat suasana menarik yang ditampilkan sekelompok gelandangan. Seorang perempuan duduk bersila, tegak sambil menyuapi bocah kecil. Di dekatnya, mungkin sang suami, lelaki setengah baya tiduran tertelungkup sambil bercanda dengan perempuan dan bocah itu. Mereka langsung mengingatkan pada iklan televisi: keluarga bahagia!



Tidak jauh, di bawah lindungan tajuk beringin, puluhan gelandangan lain, pemulung dan pengemis beristirahat. Mereka bercakap-cakap, bermain kartu, atau memandangi foto-foto di koran yang mereka pakai sebagai alas duduk. Mendadak seorang di antara mereka bangkit, berlari ke arah air mancur. Pagar air mancur sudah penuh baju-baju yang mereka jemur. Dia mengambil baju-baju yang telah kering.



Ternyatalah di depan mata, para gelandangan merasa di rumah sendiri: beratap langit, berlantai rumput dan berdinding angin. Mereka bebas. Mereka tidak takut kepanasan karena matahari teman mereka. Hujan tidak jadi soal berat karena hujan adalah sahabat mereka. Borok, luka atau gatal bukan masalah sebab penderitaan telah membuat mereka meremehkan rasa sakit. Hanya manusia unggul yang bisa mengakui matahari dan hujan sebagai kawan! Cuma orang kuat mengalahkan rasa sakit.



Apa jadinya bila saya mendadak menghampiri mereka dan mengatakan bahwa hidup mereka sangat menyedihkan dan mereka perlu dientaskan dari kehidupan macam itu? Apa aku punya jaminan dapat memberikan kehidupan yang lebih baik? Jangan-jangan aku malah mereka pukuli.



Niat baik memperbaiki mutu kehidupan gelandangan tidak boleh datang dari sikap angkuh. Justru harus datang dari kesadaran bahwa tak seorangpun berhak menentukan di mana atau bagaimana mereka hidup. Bukankah mereka penguasa semua daratan, perairan dan langit?

1 komentar:

  1. hari,,,kamu keren nih.
    ini semacam-esai (takut kurang vivid jika dinamakan esai, maklum saya kan juga tidak valid hehehe...) yang menggugah selera.
    isi kepalamu menarik lhoh...

    BalasHapus